Pada hari Rabu, aksi protes massal terjadi di pusat kota Beirut karena memburuknya kondisi sosial para pekerja.
Seperti yang dilaporkan koresponden TASS dari tempat kejadian, para pesertanya yang berkumpul di Lapangan Riyada Solha berusaha menduduki istana pemerintahan Sera. Mereka dihadang oleh aparat kepolisian yang menggunakan gas air mata terhadap para pengunjuk rasa, yang mengakibatkan beberapa aktivis terluka.
“Ribuan orang datang ke alun-alun atas panggilan serikat pekerja. Rakyat Lebanon kesal dengan kenaikan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya karena runtuhnya mata uang nasional,” kata salah satu pengunjuk rasa, insinyur Hussein Hamoud.
Menurutnya, “pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki keadaan, sehingga rakyat turun ke jalan untuk membela hak-haknya.”
Pound Lebanon jatuh ke rekor terendah pada hari Selasa, turun dari 100.000 menjadi 120.000 per dolar AS. Sejak Oktober 2019, ketika negara itu berada dalam krisis sosio-ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dolar telah terapresiasi 80 kali lipat terhadap pound Lebanon.
Sumber :